MESS

mendung senja ini perlahan luruhkan satu-satu butiran air matanya demi memghilangkan pekat yang dibawanya. Hingga semuanya lalu menjelma sempurna menjadi ratapan. Namun batinku tak juga mengalun tenang dan damai. Ketersiksaan akan keterpaksaan ini telah sempurna pula membuatku relakan kelapangan batin yang tergapai sekian waktu berselang. Kupersembahkan air mata ini untuk bumi yang kupijak, jerit batinku. Kuberikan sedu sedan ini buat seluruh langit yang menaungiku, teriak batinku.
Hendak kemanakah sosok ini berlari memanggul bejana duka yang terisi penuh oleh luruhnya air mata dari mata air ratapan akan harapan. Belum lagi teraih kemilau cahya, pun harus tergenggam sembilu yang perih. Sangkar ini makin rapat adanya. Terali ini kian kuat pagari jiwa
(10.04.99)